Kalau tidak salah, artikel ini adalah salah satu jembatan yang menghubungkan saya pertama kali dengan Mas Agorsiloku, dengan blog berjudul Sains-Inreligion nya yang benar benar menarik. Setelah itu, saya mulai tertarik untuk menlink beberapa artikel dari blog beliau, seperti misalnya menghubungkan antara artikel ini dan ini, dan silakan baca sendiri artikel itu, saya yakin keduanya benar benar segaris, tidak Out Of Topic ataupun maksa.

Bermula dari sebuah artikel yang saat diposting saya kira bakalan menghasilkan penghalalan darah ataupun makian makian tentang terrorist atau kafir. Ternyata tidak, malah response yang datang malah sangat menyenangkan. Yang saya tidak sangka sangka, orang orang dengan blog kualitas tinggi macam Mas Agorsiloku dan Mas Ferthob ternyata memberikan paparan menarik terhadap tulisan jelek saya. Kemudian terjadilah suatu hal yang tidak mengenakan buat saya pribadi. Silakan baca ini, sebuah artikel yang menurut saya, perlu diklarifikasi lebih lanjut. Apalagi, permulaannya bisa dibilang karena artikel berjudul Mana Yang Lebih Layak Dibenci? Kapitalisme Atau Komunisme?

Menurut saya, tanggapan dari Wak Abdul benar benar aneh. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tidak diperlukan hati, ataupun insting, naluri atau yang namanya perasaan. Tapi benar benar diperlukan OTAK! Saya tau, postingan ini mungkin hanya akan menunjukkan kemampuan otak saya yang memang tidak maksimal, namun izinkanlah saya memberikan pendapat. Jika anda mendengar, membaca atau melihat sesuatu yang berkaitan dan berbau bau warna merah, lalu diriringi persilangan Palu Arit. Apa yang akan anda lakukan? Apa yang akan anda gunakan untuk menaggapinya?

Menurut saya, kalau langsung menghujatnya dengan syrik, bid’ah, atau kafir atau atheis, itu namanya anda menggunakan hati, mungkin lebih tepatnya emosi. Kalau anda menafsirkannya dengan tenang, sambil mengingat kembali pelajaran pelajaran sejarah tentang berbagai ideologi, atau mengingat ingat kembali buku buku haluan kiri yang pernah anda baca, sambil memikirkan apa itu komunis, sosialis, atau bahkan marhaenisme. Saya rasa anda menggunakan OTAK!

Mau latihan menggunakan otak dulu? Boleh coba disini, kalau ga bisa menggunakan otak, tanggapan anda pasti emosional dan menyebutnya sebagai penghinaan. Tanggapan tidak berotak juga ternyata menuju artikel ini. Sebuah fanatisme buta, seperti halnya yang terjadi pada kaum yang suka mengkultuskan imam, aliran, mahzab, atu apapun itu namanya.

Yahudi, kaum yang terlahir untuk dibantai, dan bersembunyi. Dianugerahi oleh Tuhan kemampuan otak yang luar biasa, seorang Albert Einstein misalnya. Kalau kaum yang nasibnya untuk dibantai saja dianugerahi otak yang luar biasa, apa mungkin kalian yang konon katanya umat terbaik ini, yah paling tidak bukan Yahudi, tidak dianugerahi otak yang justru lebih hebat?

Segera, postingan saya mungkin akan dianggap tidak menggunakan otak, emosi lebih berperan. Silakan menganggap begitu, namun saya ingin menjelaskan bahwasanya saya masih menggunakan sedikit dari otak saya yang sedikit ini. Kenapa saya katakan Yahudi itu terlahir untuk dibantai? Karena sejarah membuktikan, tidak sekali mereka dijadikan bahan pembantaian. Kenapa saya anggap mereka bersembunyi? Liatlah propaganda mereka, menggunakan klub kaya macam Arsenal atau Chelsea untuk propagandanya menyuarakan kunjungan wisata ke Israel, negara colongan dan caplokan. Mendompleng Amerika lewat peranan dalam pemilihan presidennya. Dan mengotaki Uni Eropa dan PBB sehingga perbuatan jahanam mereka di Palestina tidak diapa apakan.

Sedangkan Iran, justru langsung ditekan oleh PBB. Mereka juga mampu meracuni hampir seluruh dunia dengan dongeng holocaustnya. Bagi saya, dongeng kalau menyangkut masalah jumlah Yahudi yang terbunuh, namun bukan dongeng bahwa mereka pernah dibantai.

Dendamkah saya? Ya! Ingin membunuh semua Yahudi di dunia? Ya! Kalau ada kesempatannya akan diambil? TIDAK? Kenapa? Karena saya dilarang oleh Tuhan saya untuk membunuh. Kalau diberi alasan dan pembenaran untuk membantai Yahudi? Saya masih akan pikir pikir dulu.

Lantas? Saya cinta damai, kalau saya harus membunuh Yahudi, saya harus menggunakan otak dan kemampuan, bukan menumpahkan darah. Pasti bisa, kalau memaksimalkan kapasitas otak, pasti perekonomian, politik dan ilmu pengetahuan bisa dikuasai. Caranya? Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum kalau kaum itu tidak mau berubah. Saya sendirian jelas tidak mungkin. Namun kalau orang orang yang merasa dirinya kaum terbaik mau maju bersama, saya rasa everything is possible, impossible is nothing!

Saya mungkin tidak berbicara fakta, silakan menganggapnya dongeng. Semua saya paparkan berdasarkan apa yang pernah saya dengar, saya liat dan saya pahami sekilas. Kalau salah, memang mungkin sekali untuk salah, selain karena saya tidak dapat memberikan link yang akurat, juga karena saya sebagai manusia tidak akan pernah luput dari kesalahan. Mungkin juga saya dianggap rasis, silakan. Tolong pikirkan sedikit saja lagi tentang Yahudi. Yang ganggu duluan itu siapa ya? Yang menjelekkan duluan itu siapa?

Sekarang mengenai Akal, banyak pengertian dan definisi akal. Bagi saya, akal adalah hasil kerjasama otak dan perasaan, mungkin kata kata OTAK diatas lebih layak kalau diganti dengan AKAL

Para sahabat Nabi Muhammad menerima dan percaya dengan Isra Miraj, apakah mereka menggunakan hati semata? I don’t think so!. Saya yakin mereka tau tentang pembantu pembantu Nabi Yusuf yang mampu memindahkan singgasana Ratu Balqis dalam sekejap mata. Kalau sebelum masa Nabi Muhammad saja terjadi seuatu yang terlihat dan terasa seperti tidak masuk akal, kenapa setelah bertahun tahun bahkan mungkin berabad abad kemudian tidak bisa terjadi?

Saat itu mungkin manusia belum tau pemecahan zat menjadi suatu atom atom kecil yang kemudian bisa disatukan kembali. Namun mereka tau tentang Nabi Ibrahim, yang menyembah Tuhan yang Maha Kuasa, termasuk saat beliau mampu tahan dari api. Apa yang tidak mungkin dilakukan oleh Tuhan yang Maha Kuasa? Karena Nabi Muhammad diberangkatkan oleh yang Maha Kuasa, maka alasan apa lagi yang tidak bisa kita percayai?

Artinya, mereka para sahabat sudah bisa berfikir, bahwa Tuhan itu Memang Maha Kuasa, membikin bumi yang besar, laut yang dalam dan luas saja bisa, kenapa memberangkatkan seorang Nabi Muhammad ke langit tidak bisa? Sebuah pekerjaan yang jin dan manusiapun sebenarnya mampu melakukan, ya contohnya seperti yang dilakukan oleh pembantu pembantu Nabi Sulaiman.

Lantas bagaimana dengan kaum yang tidak menjadi pengikut Nabi? Mereka tidak percaya bukan hanya karena mereka itu memang niat untuk tidak percaya, tapi karena mereka itu bodoh, dan keras kepala! Ingat, kenapa Nabi diturunkan di Arab? Bukan di Indonesia? Di Cina atau di Amerika? Karena bangsa Arab itu bodoh dan biadab.

Seorang sayidina Umar, konon pernah mengubur hidup hidup putrinya, karena bagi seorang panglima perang yang gagah perkasa macam beliau, adalah aib bila memiliki anak perempuan. Belum lagi kelakuan mereka kalau mabuk dan berjudi. Sebenarnya sich menurut saya bukan bodoh sebodoh bodohya, namun bangsa Arab ini menurut saya justru bangsa yang tidak memanfaatkan otak dan akalnya, membiarkan hati atau perasaannya lebih banyak berperan ketimbang otak dan akal.

Dengan Islam, dan bimbingan dari Nabi Muhammad, maka mereka akhirnya mampu memaksimalkan otak dan akalnya menyamai hati dan perasaan mereka yang sudah mengebu gebu duluan. Salah satu buktinya, setelah berislam banyak Ilmuwan Arab yang menjadi ahli ahli dibidangnya seperti misalnya Ibnu Sina dan Ibnu Rusdi.

Lalu soal kepercayaan disini. Yang mebuat kita percaya bukanlah hati, melainkan statistik, kalau sebelumnya sudah berhasil, kenapa tidak mencoba tantangan yang lebih? Toh kemungkinan berhasilnya tetap ada. Kalau timnas sepakbola Indonesia tiba tiba mampu mengalahkan timnas sepakbola Jepang, karena menggunakan semangat saja, ah mustahil. Hanya usaha keras (termasuk latihan dan pembinaan) yang akan membuat kita sejajar, maka pergunakanlah otak dan akal.

Apa yang membuat manusia itu makhluk istimewa? Akal dan hatinya. Tidak seperti binatang yang dengan mudah hanya akan menjadi benalu, menyerap makanan dari makhluk lain, tidak seperti para raja hutan yang seenaknya memangsa yang lemah dan kecil. Tidak menjadi buaya yang memakan anaknya sendiri yang berada didekatnya saat si buaya itu lapar. Tidak menjadi babi yang kawin seenaknya, tidak perduli walau harus salomay.

Kapan menggunakan hati? Otak dan akal saya sudah menyetujui seratus persen kalau saya membunuh Yahudi! Hati saya kemudian mengajak otak dan akal menelaah kembali, bagaimana kalau saya adalah seorang Yahudi? Dan saya adalah seorang ayah dan suami, bagaimana nasib keluarga saya kalau saya dibunuh?

Saya adalah seorang pejabat, banyak kemungkinan dan kesempatan buat saya untuk korupsi, namun hati meminta akal dan otak saya berifikir nasib orang lain yang akan terlantar kalau korupsi. Jadi menurut saya, posisi hati ada diantara akal dan otak.

Kesimpulan dari tulisan saya yang ngaco ini. Hati penting, sangat penting, tapi ia tidak boleh terkunci, harus terus membuat otak dan akal bekerja. Otak dan akal harus dibantu oleh hati, untuk memutuskan apabila terjadi dilema. Maka, mana yang lebih penting? Semuanya! Semuanya memiliki hubungan bolak balik. Tidak boleh salah satu diantaranya mati. Kalau semuanya mati, ruh kita juga pergi dari dunia ini. Kalau cuma salah satunya yang mati? Menurut saya akan menjadikan manusia itu hampa….ada yang kurang dalam hidupnya. Atau mungkin, berubah seperti mayat berjalan.

Banyak kesalahan, kekeliruan, kelemahan, kekurangan dan kebodohan dalam tulisan ini. Mohon koreksi dan tegurannya.